KELURAHAN Bandarharjo, Kecamatan Semarang
Utara merupakan salah satu kawasan di pesisir pantai Semarang. Wilayahnya
dibatasi dua sungai cukup lebar, yakni Kali Semarang dan Kalibaru. Keduanya
bermuara ke Laut Jawa.
Sisi utara
Bandarharjo berbatasan dengan Laut Jawa, barat dan selatan dibatasi Kali
Semarang, sedangkan timur Jl Mpu Tantular, merupakan salah satu jalan yang
mengakses ke Pelabuhan Tanjung Emas. Data monografi hingga Desember 2002
menunjukkan, 1.170 warganya berprofesi nelayan, 1.049 pengusaha sedang dan
besar, 1.446 perajin dan industri kecil, 5.755 buruh industri, 3.344 buruh
bangunan, 180 pedagang, 158 jasa pengakutan, 2.159 pegawai (PNS dan BUMN), 24
TNI dan Polri, serta 12 pensiunan (PNS serta TNI dan Polri).
Karena
merupakan wilayah dataran rendah dan dekat sekali dengan pantai, bahkan
sebagian wilayah di pinggir pantai, banjir dan rob menjadi ''tamu'' masyarakat
hampir setiap hari.
Kondisi itu
sedikit banyak ikut mendorong kekumuhan. Selain faktor tingkat pendidikan,
keterbelakangan dan kondisi sosial masyarakat juga turut serta menciptakan
kehidupan keras di wilayah tersebut.
''Hingga tahun
1979 bisa dikatakan Bandarharjo masih amburadul,'' ujar M Rifai Sutikno, tokoh
masyarakat setempat.
Orang asli
Bandarharjo yang kini masih aktif sebagai staf kelurahan dan pengurus LKMD itu
terkenang bagaimana kehidupannya saat masih anak-anak. Salah satunya ketika
bulan purnama, dipastikan wilayah tersebut rob. Namun dasar anak-anak, hal itu
justru dimanfaatkan untuk berenang dan bermain.
''Kalau mau
renang tidak perlu jauh-jauh. Di depan rumah sudah bisa,'' kenang Pak Tik,
panggilan akrab Rifai Sutikno.
Tak hanya itu.
Tingkat kriminalitas juga tinggi. Dulu, warga tak segan berbuat kriminal di
kampung sendiri. Namun saat ini tidak. Selain tak sedikit orang yang sudah
mengubah perilaku hidupnya, ungkap Pak Tik, mereka juga segan berbuat berbuat
buruk di kampung sendiri.
Keterbelakangan
dan kekumuhan Bandarharjo juga membuat kawasan tersebut sering disebut sebagai The
Lost Area (kawasan yang hilang). Jelas itu hanya sebuah kiasan, namun toh
cukup menjelaskan bagaimana kawasan itu jauh dari sentuhan atau jamahan orang
luar, apalagi pembangunan, sebelum 1980.
Pada tahun
1981, kata Pak Tik, proyek Kampoeng Improvement Programme (KIP) masuk
Bandarharjo. Maka dibangunlah Sekolah Dasar (SD) Bandarharjo 01 sampai 04, MCK
(mandi, cuci, kakus), serta perbaikan jalan di sejumlah lokasi.
Bahkan lokasi
yang kini dijadikan SD Bandarharjo 01, dulu adalah tempat penumpukan sampah
warga. Sebelum ada MCK, banyak warga yang buang air besar ke sungai.
Sekitar 1993,
kata dia, PT Wismakharman masuk Bandarharjo. Lewat sejumlah proyek, konsultan
di bawah pimpinan Dr Ir Andy Siswanto MArc MSc itu mulai bergelut dengan warga
setempat, hingga akhirnya terjadi perubahan cukup besar di Bandarharjo.
''Pada saat
akan dibangun rumah susun, semula warga geger,'' ungkap Pak Tik.
Berbagai
persepsi muncul saat itu. Rumah susun (rusun) yang akan dibangun kebetulan akan
menempati lokasi permukiman warga.
Akhirnya,
pembangunan itu terwujud juga pada 1994. Warga yang rumahnya dibongkar diberi
kontribusi. Setelah jadi, mereka bisa menempati rumah susun tersebut. Rusun
diresmikan Try Sutrisno, Wapres RI saat itu.
Pembangunan pun
terus berlanjut. Dua tahun kemudian dibangun dua rusun lagi yang letaknya
mengapit rusun lama -Pemkot juga ikut terlibat. Ketiga rusun dengan empat
lantai itu kini sudah dipenuhi warga sebagai pilihan tempat tinggal.
Pembangunan di
Bandarharjo terus berlanjut. Berbagai lembaga pemerintah dan nonpemerintah
menjadi peduli terhadap wilayah yang terkenal kumuh tersebut. Antara lain
Pemkot, sejumlah dinas tingkat kota maupun provinsi, Bank Dunia, organisasi
politik, organisasi kemasyarakatan, dan sejumlah lembaga donor asing dalam
berbagai proyek.
Andy
mengungkapkan, intensitasnya sangat tinggi terhadap Bandarharjo dimulai pada
1997. Pembangunan dilakukan menyeluruh, yang meliputi tiga hal utama, yakni
pemberdayaan ekonomi, sosial, serta lingkungan. ''Kami terus mendorong warga
membangun masjid, jalan, dan sebagainya.''
Membangun tiga
hal utama tersebut, menurut dia, cukup berat. Pihaknya lantas membentuk Community
Based Organization (CBO) atau semacam kelompok swadaya (KSM) di berbagai
bidang pemberdayaan.
Dalam membangun
melibatkan masyarakat sejak awal. Yakni mulai dari mengidentifikasi masalah,
merencanakan, sampai pada pengawasan pembangunan. Sasaran yang hendak dicapai
yakni active community (masyarakat yang aktif) dan learning community
(masyarakat yang belajar segala hal).
Sekitar 1999
dia bersama masyarakat Bandarharjo membentuk Paguyuban Rumah Ambles. Ketuanya M
Rifai Sutikno.
Pemilihan nama
paguyuban disesuaikan dengan kondisi rumah-rumah warga. Yakni, banyak rumah
warga yang ambles karena berada di bawah permukaan jalan. Hampir setiap hari,
terutama saat air laut pasang, rumah-rumah tergenang.
Seiring dengan
pembentukan paguyuban, ada kucuran dana Co-BILD dari UNDP-sebuah lembaga donor
dari Belanda. Dana tersebut digunakan untuk perbaikan rumah, sebagian untuk
sertifikasi tanah. Pengelola di tingkat kota dana tersebut adalah Yayasan
Peduli Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kota (YP4K).
Penataan secara
menyeluruh tersebut yang akhirnya membawa Bandarharjo meraih predikat Best
Practice dalam Dubai International Award pada November 2002. Piagam
tersebut sebagai bukti telah terjadi peningkatan kualitas kehidupan.
Bandarharjo
yang dulu sering disebut sebagai The Lost Area, kini telah menjadi The
Win Area. Kawasan yang dianggap ''hilang'' itu kini telah menjadi sang
juara. Selamat.(71c)
(sumber : suara merdeka, 1 Maret
2003)
TANGGAPAN
Menurut saya,
Kelurahan Bandarharjo bisa dikenali keberadaannya, jika permukiman di daerah
tersebut dapat ditata dengan baik agar nampak teratur dan mungkin saja bisa
menjadi ikon kota semarang dimana daerah yang terkenal dengan salah satunya
yaitu pengasapan ikan. Dari paparan diatas, keadaan kawasan kelurahan
Bandarharjo secara keseluruhan memang sebenarnya sudah tidak layak digunakan
sebagai tempat bermukim, karena keadaan tanahnya yang perlahan turun bahkan
sampai saat ini, 11 tahun setelah artikel ini diterbitkan keadaan kelurahan
Bandarharjo tidak banyak berubah. Masih saja terjadi rob saat laut pasang dan
banjir ketika hujan turun deras, dalam hitungan jam, banjir bisa mencapai 1
meter atau bahkan lebih jika intensitas hujannya deras dan berlangsung lama. Kalaupun
terjadi suatu perbaikan terhadap infrastruktur perumahan dan permukiman, hal
tersebut mungkin hanya bersifat mengurangi, bukannya mengatasi karena rob bisa
meninggi. Ketika jalan akses masuk ditinggikan, rob pun ikut meninggi, itu yang
terjadi sampai saat ini. Solusi yang menurut saya terbaik adalah dengan
merelokasikan warga-warga sekitar kelurahan Bandarharjo ke tempat yang lebih
baik, seperti halnya rumah susun (rusun).
Gambling and casino | Drmcd
BalasHapusHow do you play online 문경 출장안마 casino games? Online gambling is legal in California, 여주 출장샵 but you can't 순천 출장마사지 win 성남 출장샵 real 경상남도 출장샵 money gambling on a slot machine. In order